Minggu, 07 Juni 2009

PERTAMBAHAN BERAT BADAN, LAJU PERTUMBUHAN

IDA BAGUS DANIA dan HAPPY POERWOTO
Fakultas Peternakan Universitas Mataram
Jl. Majapahit No. 62 Mataram 83125 NTB
ABSTRAK
Penelitian dilaksanakan selama 25 minggu untuk mempelajari pengaruh berkubang dan amoniasi jerami
padi (6% urea) terhadap pertambahan berat badan harian, laju pertumbuhan, konsumsi bahan kering pakan,
konsumsi protein kasar dan konversi pakan kerbau jantan. Empat ekor kerbau jantan yang digunakan pada
penelitian ini dengan berat awal 171,25 + 9,57 kg ditempatkan secara acak dalam bujur sangkar latin (4 x 4)
yakni 4 kombinasi perlakuan (perlakuan A: pemberian jerami kering tanpa kubangan; B: pemberian jerami
kering dan tempat berkubang, C: pemberian jerami amoniasi dan tanpa kubangan, dan perlakuan D:
pemberian jerami amoniasi dan tempat berkubang). Hasil penelitian menunjukkan berkubang dan amoniasi
berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan berat badan harian dan laju pertumbuhan, akan tetapi tidak
berpengaruh nyata terhadap konsumsi bahan kering pakan dan konversi pakan. Amoniasi sangat berpengaruh
nyata terhadap konsumsi protein kasar. Pemeliharaan kerbau tanpa berkubang dan pemberian jerami padi
kering, menunjukkan pertumbuhan normal, namun pertumbuhan tertinggi dicapai pada pemberian
kesempatan berkubang dan jerami padi amoniasi.
Kata kunci: Kerbau, berkubang, jerami padi amoniasi
PENDAHULUAN
Pemeliharaan kerbau di Indonesia secara
terkurung belum banyak dilakukan dan
umumnya pemeliharaan masih sederhana oleh
petani-petani kecil di pedesaan, pemilikan
ternak sedikit dan lahan sempit serta persediaan
pakan yang kurang terutama pada musim
kemarau. Upaya mengatasi keterbatasan pakan
umumnya dilakukan dengan jalan memanfaatkan
limbah pertanian antara lain jerami padi
yang ketersediaannya cukup melimpah dan
belum dimanfaatkan secara optimal.
Jerami padi sebagai bahan pakan ternak
memiliki keterbatasan yakni rendahnya
kandungan protein dan karbohidrat, tingginya
kandungan serat kasar (selulose dan hemiselulose).
Perlakuan jerami padi dengan
menggunakan urea 3 dan 6% nyata meningkatkan
kecernaan bahan kering dan dinding sel,
serta menunjukkan pertumbuhan kerbau yang
terbaik pada perlakuan 6% urea (WONGSRIKEAO
dan WANAPAT, 1985).
Ternak kerbau memiliki kulit tebal, warna
kulit dan rambut hitam keabu-abuan dan
kelenjar keringat sedikit, sehingga kurang
tahan terhadap cuaca panas. Untuk membantu
termoregulasi tubuh agar fungsi fisiologi
tubuh dapat berjalan normal terutama dalam
mengatasi cekaman panas dengan jalan
berendam dalam air/lumpur atau melumuri
tubuhnya dengan lumpur. Pemberian kesempatan
berkubang sangat berpengaruh terhadap
pertambahan berat badan (ZULBARDI et al.,
1982).
Dilain pihak banyak pendapat yang
menyatakan, bahwa ternak kerbau memiliki
kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap
lingkungannya seperti cuaca, pakan dan
tatalaksana yang diberikan. Namun informasi
mengenai keterkaitan antara lingkungan
dengan pertumbuhan kerbau lumpur di
Indonesia belum banyak diketahui.
Berdasarkan uraian di atas, telah dicoba
mengkaji pertambahan berat badan, laju
pertumbuhan, konsumsi pakan, konsumsi
protein kasar dan konversi pakan kerbau
jantan muda akibat pemberian kesempatan
berkubang dan jerami amoniasi.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pengubangan dan
amoniasi jerami padi terhadap pertambahan
Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi
100
berat badan, laju pertumbuhan, konsumsi
pakan, konsumsi protein kasar dan konversi
pakan kerbau jantan. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai informasi
dasar dalam perencanaan usaha penggemukan
kerbau dalam meningkatkan produktivitas
kerbau.
MATERI DAN METODE
Materi yang digunakan dalam penelitian
ini empat ekor kerbau jantan dengan rataan
berat awal 171,25 ± 9,57 kg. Pakan yang
diberikan sebagai perlakuan adalah jerami
kering dan jerami amoniasi dengan menggunakan
urea 6% dari bahan kering jerami
secara ad-lib dan konsentrat sebanyak 2,5
kg/ekor/hari yang merupakan campuran dari
bekatul, ampok dan tepung daun lamtoro
dengan perbandingan 2 : 1 : 2. Kandang yang
digunakan sebanyak empat buah kandang
terbuka yang terdiri dari dua buah kandang
berukuran 4 x 14 m dengan fasilitas kubangan
dan dua buah kandang berukuran 4 x 3 m
tanpa fasilitas kubangan. Peralatan lainnya
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
timbangan ternak kapasitas 1000 kg (kepekaan
1 kg) dan timbangan pakan kapasitas 25 kg
(kepekaan 0,1 kg).
Keempat ekor kerbau ditempatkan secara
acak pada masing-masing perlakuan di setiap
periode penelitian. Penelitian dilaksanakan
selama 25 minggu (4 periode pengamatan).
Pengamatan terhadap pertambahan berat badan
di setiap periode penelitian (42 hari) diawali
dengan pra penelitian selama 6 hari dan
dilakukan penimbangan setiap 12 hari, sedangkan
konsumsi pakan diamati setiap hari.
Peubah yang diamati meliputi pertambahan
berat badan harian, laju pertumbuhan,
konsumsi bahan kering pakan, konsumsi
protein kasar dan konversi pakan.
Data yang diperoleh dianalisa menggunakan
rancangan pola faktorial 2 x 2 dalam
bujur sangkar latin 4 x 4 . Dalam penelitian ini
ada 4 macam kombinasi perlakuan yaitu
pemberian jerami kering tanpa kubangan
(perlakuan A), pemberian jerami kering dan
tempat berkubang (perlakuan B), pemberian
jerami amoniasi dan tanpa kubangan
(perlakuan C), dan pemberian jerami amoniasi
dan tempat berkubang (perlakuan D). Untuk
mengetahui pengaruh efek kubangan (AC vs
BD), pengaruh efek amoniasi (AB vs CD)
dan interaksinya ( AD vs BC) dengan tes
orthogonal kontras (ASTUTI, 1980).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peubah yang diamati pada penelitian ini
disajikan pada Tabel 1.
Hasil analisis keragaman menunjukkan
adanya pengaruh yang sangat nyata dari
perlakuan pengubangan dan amoniasi
terhadap pertambahan berat badan harian
(PBBH) dan laju pertumbuhan kerbau jantan
muda, namun tidak menunjukkan pengaruh
yang nyata terhadap konsumsi bahan kering
(BK) pakan dan konversi pakan serta tidak
adanya interaksi antara pengubangan dengan
amoniasi. Sedangkan konsumsi protein kasar
pada kerbau muda secara sangat nyata hanya
dipengaruhi oleh perlakuan amoniasi, hal ini
disebabkan oleh perlakuan 6% urea pada
amoniasi dapat meningkatkan kandungan N
ransum berati kandungan protein kasar
ransum meningkat pula. Kandungan protein
ransum kerbau yang mendapatkan jerami
amoniasi lebih tinggi daripada tanpa
amoniasi, maka konsumsi protein kasar pada
kerbau yang mendapat jerami amoniasi (CD)
540,38 g sangat nyata lebih tingggi daripada
kerbau yang diberikan jerami tanpa amoniasi
(AB) 448,03 g, meskipun konsumsi pakan
tidak berbeda nyata.
Kerbau tanpa kubangan (AC) menunjukkan
PBBH (435,63 g) maupun laju pertumbuhan
(0,22% berat badan = BB) yang jauh
lebih rendah (139,00 g dan 0,07% BB) dari
pada kerbau yang dikubangkan (BD) dengan
PBBH sebesar 574,63 g dan laju pertumbuhan
sebesar 0,29% BB atau 2,9 g/kg BB.
Hal ini disebabkan kerbau yang tidak diberi
kesempatan berkubang akan mengalami
cekaman panas, sehingga cenderung menurun
konsumsi pakannya (5,29 g per W0,75 ) dan
konsumsi protein kasar 21,75 g/hari,
sehingga pertambahan berat badan menurun
sekitar 24,19% dan laju pertumbuhan relatif
sebesar 22,25% dibandingkan dengan kerbau
dikubangkan. Sesuai dengan pendapat
ZULBARDI et al. (1982), pelepasan
(berkubang) 3 kali seminggu nyata
meningkatkan pertambahan berat badan
Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi
101
harian (595,00 g) dibandingkan dengan hanya
sekali seminggu (355,00 g). Pengaruh cekaman
panas menyebabkan kurang efisien dalam
penggunaan energi maupun protein (AMES dan
BRINK, 1977), yang berpengaruh terhadap
tingkat pertumbuhan ternak (MOUNT, 1979).
Berkubang pada kerbau terutama pada cuaca
panas sangat membantu termoregulasi suhu
tubuh sehingga fungsi fisiologi tubuh
berjalan normal (CASTILLO, 1984 dan
JALALUDIN, 1985).
Tabel 1. Rataan pertambahan berat badan harian (g), laju pertumbuhan (% berat badan), konsumsi
bahan kering pakan (g per W0,75), konsumsi protein kasar (g) dan konversi pakan kerbau
jantan muda akibat pemberian kesempatan berkubang dan jerami amoniasi
Perlakuan Ef Peubah ek kubangan Efek amoniasi
A B C D AC BD AB CD
Pertambahan berat badan 347,00 541,75 524,25 607,50 435,63a 574,63b 444,38a 565,88b
Laju pertumbuhan 0,17 0,27 0,27 0,31 0,22a 0,29b 0,22a 0,29b
Konsumsi pakan 97,84 104,71 102,02 105,72 99,93a 105,22a 101,28a 103,37a
Konsumsi protein 439,20 456,86 533,36 547,39 486,28a 508,03a 448,03a 540,38b
Konversi pakan 18,51 10,88 11,14 9,65 14,83 a 10,27 a 14,70 a 10,40 a
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P < 0,01)
A: pemberian jerami kering tanpa kubangan
B : pemberian jerami kering dan tempat berkubang
C: pemberian jerami amoniasi dan tanpa kubangan
D: pemberian jerami amoniasi dan tempat berkubang
Efek kubangan = AC: tanpa kubangan, BD: fasilitas kubangan
Efek amoniasi = AB: jerami tanpa amoniasi, CD: jerami amoniasi
Rataan PBBH dan laju pertumbuhan pada
kerbau yang diberikan jerami padi kering ( AB)
masing-masing 444,36 g dan 0,22% berat
badan atau 2,20 g/kg, sedangkan pada kerbau
yang diberi jerami amoniasi (CD) masingmasing
565,88 g dan 0,29% BB atau 2,90 g/kg.
Pengaruh amoniasi pada jerami padi sangat
nyata meningkatkan pertambahan berat badan
harian (121,50 g) maupun laju pertumbuhan
(0,07% BB atau 0,7 g/kg BB). Hal ini
disebabkan perlakuan amoniasi pada jerami
padi akan meningkatkan nilai gizi pakan antara
lain meningkatnya kandungan protein kasar
dan sangat nyata berpengaruh terhadap
peningkatan konsumsi protein, meskipun
konsumsi pakan tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata (Tabel 1). Amoniasi berpengaruh
terhadap peningkatan konsumsi protein (92,35
g) dan kecernaan bahan kering maupun bahan
organik pakan sehingga akan meningkatnya
pertambahan berat badan dan diikuti pula
dengan peningkatan pertumbuhan relatif.
Sesuai dengan pendapat WONGSRIKEAO dan
WANAPAT (1985), bahwa perlakuan amoniasi
pada jerami padi dengan 6% urea nyata
berpengaruh terhadap pertambahan berat badan
harian.
Konsumsi pakan dan konversi pakan pada
kerbau jantan muda menunjukkan perbedaan
yang tidak nyata akibat perlakuan
pengubangan dan amoniasi. Hal ini berarti
kerbau memiliki kemampuan adaptasi yang
tinggi dalam mengatasi lingkunan panas
(cekaman panas) dan mempertahankan
konsumsi pakan. Kerbau memiliki
kemampuan yang tinggi dalam mengatasi
lingkungan sehingga mampu bertumbuh dan
berproduksi dengan baik meskipun
pengelolaannya diserahkan pada alam
(DANIA dan DWIPA, 2001). Rataan suhu
udara kandang selama pengamatan ini 29,
790C masih mampu ditolerir oleh ternak
kerbau meskipun tanpa dikubangkan,
sehingga tidak berpengaruh terhadap
konsumsi pakan. Mendukung pendapat
DEGUZMAN, bahwa konsumsi pakan pada
kerbau mulai menurun bila suhu kandang
mencapai 34,440C. Rataan konsumsi pakan
harian hasil pengamatan ini sebesar 102,57 +
3,90 g per W0,75 setara dengan 2,72% berat
badan hampir sama dengan laporan terdahulu
yakni konsumsi pakan kerbau sebesar 120 g
per W0,75 setara dengan 2,50% berat badan
(RANJHAN, 1984), dan masih dalam batas
kebutuhan pada kerbau fase pertumbuhan
Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi
102
sekitar 53,10 – 126,00 g per W0,75 (KEARL,
1982). Perlakuan amoniasi sangat berpengaruh
terhadap konsumsi protein kasar harian, hal ini
disebabkan oleh perlakuan 6% urea pada
amoniasi akan meningkatkan kandungan N
ransum dan kandungan protein kasar ransum
meningkat.
Rataan konversi pakan kerbau muda hasil
pengamatan ini sebesar 12,54, sedangkan
konversi pakan pada masing-masing efek
perlakuan yakni efek kubangan AC vs BD
sebesar masing- masing 14,83 dan 10,27
sedangkan efek amoniasi AB vs CD masingmasing
sebesar 14,70 dan 10,40. Konversi
pakan kerbau yang mendapat kesempatan
berkubang dan pemberian jerami amoniasi (D)
sebesar 9,65 kg BK per kg pertambahan berat
badan, hampir sama dengan laporan MORAN
(1979) yakni 8,23 pada kerbau yang diberikan
konsentrat tinggi dan 11,67 pada kerbau yang
diberikan konsentrat rendah.
KESIMPULAN
1) Pertambahan berat badan harian dan laju
pertumbuhan sangat nyata dipengaruhi oleh
perlakuan pengubangan dan amoniasi.
2) Pemeliharaan kerbau tanpa berkubang dan
pemberian jerami padi kering, menunjukkan
pertumbuhan normal, namun pertumbuhan
tertinggi dicapai pada pemberian
kesempatan berkubang dan jerami padi
amoniasi.
3) Amoniasi berpengaruh sangat nyata
terhadap konsumsi protein kasar.
4) Kubangan dan amoniasi tidak berpengaruh
nyata terhadap konsumsi bahan kering
pakan dan konversi pakan yang berarti
bahwa kerbau memiliki kemampuan
adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan
fisik dan pakan.
DAFTAR PUSTAKA
AMES, D.R. and D.R. BRINK.1977. Effect of
Temperature on Lamb Performance and
Protein Efficiency Ratio. J.Anim. Sci. 44 : 847
– 872.
ASTUTY, M. 1980. Rancangan Percobaan dan
Analisa Statistik. Bagian II. Lab. Pemuliaan
Ternak, Fakultas Peternakan UGM.
Yogyakarta
CASTILLO, L.S. 1984. Priority Areas on Swamp
Buffalo Research on Development. Peper
Presented at the Symposium on the Buffalo
Production and Management in Asia. FORI,
Los Banos, Laguna.
DANIA, I.B. dan I. B.G. DWIPA. 2001. Potenssi dan
Produktivitas Ternak Kerbau di Nusa
Tenggara Barat. Seminar Konsep
Pengembangan Ternak Ruminansia. Di
Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
Mataram 14 Pebruari 2001.
DEGUZMEN, JR. M.R. 1980. An Overview of
Recent Depelovement in Buffalo Research
and Management in Asia. Dalam TATANGCO
(ed.). Buffalo Production For Small Farm.
Aspac FFTC, Taipei.
JALALUDIN, S. 1985. Currrent Status of Buffalo
Breeding Programs in Malaysia. Dalam J.W.
COPLAND (ed.). Evaluation of Large
Ruminants for the Tropict. Aciar Proc.
Series 5. Canberra.
KEARL, L.C. 1982. Nutrient and Requirements of
Ruminants in Developing Countries.
International Feedsstuffs institute Utah
Agriculture. Expriment Station, Utah State
University, Logam Utah.
MORAN, J.B. 1979. GROWT and CARCAS
Development of Indonesian Beef Breed.
Dalam Proc. Seminar Penelitian Peternakan.
P4.BP3. Deptan. Bogor.
MOUNT, L.E. 1979. Adaptation to The Thermal
Environment. Man and His Productive
Animal. Edword Arnold, London.
WONGSRIKEAO, W. and M. WANAPAT. 1985. The
Effect of Urea Treatment of Rice Straw on
Feed Intake and Live Weight Gain of
Buffaloes. Dalam P. T. DOYLE (ed.). The
Utilizitionof Fibrous Agrccultural Residues
as Animal Feeds. IDP. Aust. Univ. and Coll.
Ltd. Canberra.
ZULBARDI, M., ANDI DJAJANEGARA dan M.
RANGKUTI. 1982. Pengaruh Pelepasan
terhadap Konsumsi Jerami Padi. Dalam M.
RANGKUTI, P. SITORUS, M. E. SIREGAR, T. D.
SOEDJANA, SUTIYONO, NG. GINTING, C.
SIRAIT, A. R. S. SIREGAR, E. DJAMALUDDIN
dan A. SETIADI (ed.). Proc. Seminar
Penelitian Peternakan. P4. BP3. Deptan.,
Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar